Pantaupolitik.com - Serikat Tani Nelayan (STN) menyatakan keprihatinan mendalam atas temuan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengenai beredarnya lima jenis pupuk palsu yang setiap tahun terus berulang. Skandal yang ditaksir merugikan petani hingga Rp3,2 triliun ini menjadi alarm keras akan rapuhnya rantai pasok pupuk di Indonesia.
Menurut Pimpinan Pusat STN, kejadian ini bukan semata-mata kasus kriminal biasa, tetapi bentuk nyata dari ancaman serius terhadap keberlangsungan pertanian nasional dan kedaulatan pangan.
Terutama bagi petani kecil yang menggantungkan hidup dari usaha tani berbasis utang seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), kegagalan panen akibat pupuk palsu bisa menjadi kehancuran total.
“Gagal panen akibat pupuk palsu tak hanya menghancurkan finansial petani, tetapi juga meruntuhkan semangat dan ketahanan pertanian nasional,” ungkap Ahmad Rifai, Ketua Umum PP STN, dalam pernyataan resminya, Senin, (14/7/2025).

Menanggapi kondisi tersebut, STN menegaskan bahwa solusi jangka panjang harus dimulai dari penguatan industrialisasi nasional pupuk.
STN mendesak pemerintah segera membangun industri pupuk mandiri yang berkualitas, murah, dan terjangkau. Dengan demikian, teknologi produksi pupuk berbasis sumber daya lokal dapat dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan pada impor sekaligus memperkuat ekonomi petani.
STN juga meminta pemerintah memperketat pengawasan terhadap mafia pupuk dan pemalsu dengan sanksi hukum yang memberikan efek jera. Selain itu, sistem distribusi pupuk bersubsidi harus dibenahi agar transparan dan akuntabel, sehingga petani benar-benar mendapatkan pupuk yang terjamin kualitasnya.
Dalam konteks visi Presiden Prabowo Subianto untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia, STN menilai bahwa langkah pertama yang harus ditempuh adalah membangun ekosistem pertanian yang berpihak pada petani. Industrialisasi pupuk menjadi kunci untuk menciptakan pertanian yang maju, berdikari, dan berdaulat.
“Ini bukan soal angka produksi semata. Ini soal keadilan bagi petani yang menjadi tulang punggung kedaulatan pangan bangsa,” tegas Rifai.
STN juga menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat, khususnya kalangan petani, untuk bersatu menuntut realisasi industrialisasi pupuk nasional. Dalam penutupnya, mereka kembali menegaskan visi kolektif: “Tanah, Modal, Teknologi Modern, Murah Massal untuk Pertanian Kolektif.” (*)
0 Komentar :
Belum ada komentar.